Jakarta, Beritasatu.com – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan Indonesia masih memiliki peluang untuk tidak masuk ke jurang resesi. Disebut resesi jika pertumbuhan ekonomi minus dua kuartal berturut-turut.
Meski ekonomi Indonesia ikut tertekan akibat pandemi Covid-19, Febrio melihat Indonesia relatif lebih resilience dibandingkan negara-negara berkembang lainnya. “Saat ini kita masih punya peluang untuk tidak masuk dalam resesi. Kalau pun resesi, harapannya tidak terlalu dalam. Mungkin berada di sekitar 0 persen atau kalau lebih kecil dari itu sedikit di bawah 0 persen,” kata Febrio Kacaribu dalam acara diskusi “Strategi Penerimaan Perpajakan di Masa Pemulihan”, Jumat (24/7/2020).
Febrio menyampaikan, pada kuartal I-2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh hingga 2,97 persen. Sementara di beberapa negara sudah mengalami kontraksi. Untuk kuartal II-2020 dengan adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi akan minus hingga 4,3 persen.
Pemerintah saat ini tengah bekerja keras agar pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2020 tidak terkontraksi seperti proyeksi pada kuartal II-2020. Antara lain dengan percepatan penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat, dan lainnya dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Melalui percepatan realisasi tersebut, harapannya ekonomi Indonesia di kuartal III-2020 bisa di atas 0 persen, kemudian di kuartal IV-2020 semakin baik lagi hingga di atas 2 persen hingga 3 persen.
“Dari rilis terakhir World Bank mengatakan, lebih dari 90 persen perekonomian dunia pada tahun ini akan krisis, artinya pertumbuhannya akan negatif. Untuk negara maju, bahkan resesinya itu dalam sekali. Ada yang minusnya 12 persen hingga 15 persen. Indonesia sendiri diprediksi oleh World Bank untuk 2020 berada di 0 persen. Kita sedang berusaha supaya tidak menjadi negatif. Makanya kita perlu berusaha untuk disiplin, jaga kesehatan, social distancing, menerapkan protokol kesehatan dan semuanya sambil tetap melakukan aktifitas ekonomi secara terbatas. Dengan begitu, mudah-mudahan kita bisa keluar dari 2020 ini relatif lebih baik dibandingkan negara-negara lain,” kata Febrio.
Lebih Cepat Pulih
Menurutnya, kunci perekonomian Indonesia pada 2021 bisa pulih lebih cepat dan lebih solid dibandingkan negara berkembang lainnya apabila perekonomian di 2020 tidak tertekan terlalu dalam. “Di 2021, kita harus tumbuh di atas 4 persen, kalau bisa malah lebih dari itu. Dengan ketidakpastian ini, maka pertumbuhan relatif yang kita lihat sejauh ini dibandingkan negara-negara lain, itu akan memberikan keunggulan bagi Indonesia untuk meningkatkan investasi di tahun 2021 lebih cepat. Bahkan itu bisa menyebabkan capital inflow seperti 2010-2012, di mana banyak negara mengalami krisis yang mendalam dan beberapa negara relatif lebih baik pertumbuhannya, sehingga modal masuk ke negara-negara tersebut, termasuk Indonesia,” paparnya.
Febrio meyakini bukan hal yang mustahil ekonomi Indonesia di 2021 bisa lebih cepat pulih, apabila tekanan di tahun 2020 bisa ditangani dengan baik. “Inilah alasan kenapa kita harus terus bekerja keras, supaya kita bisa memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat dan perekonomian kita secara keseluruhan. Tetapi ini membutuhkan disiplin yang kuat dari kita semua. Jangan sampai pada saat pemulihan ekonomi yang sudah mulai membaik terjadi second wave, itu yang benar-benar harus kita hindari,” kata Febrio.
Saat ini realisasi program PEN juga sudah semakin meningkat, misalnya saja program perlindungan sosial untuk mendorong sisi demand atau permintaan. Dari yang dianggarkan sebesar Rp 203,9 triliun, realisasinya sudah sekitar 45 persen. “Dari Rp 203,9 triliun, sebesar Rp 25 triliun itu untuk pencadangan. Sehingga kalau pencadangannya dikeluarkan dan itu nanti akan digunakan segera, sejauh ini yang sudah dibelanjakan untuk perlindungan sosial sekitar 45 persen. Proyeksinya sampai akhir tahun akan habis, karena bantuan program ini diberikannya per bulan,” terang Febrio.
Pada kesempatan terpisah, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga mengatakan bahwa kunci utama agar Indonesia tidak mengalami resesi ada pada kuartal III-2020, di mana realisasi dari anggaran program PEN harus lebih cepat. Di sisi lain, penanganan masalah di bidang kesehatan juga harus lebih difokuskan. “Kalau kita lihat, ekonomi Tiongkok di kuartal I-2020 negatif. Tetapi di kuartal keduanya dia bisa membalikkan keadaan karena penanganan Covid-19 yang baik. Kita harus mencontoh Tiongkok bagaimana menangani Covid-19 dengan baik, sehingga pemulihan ekonomi bisa lebih cepat, dan harapannya kita tidak masuk ke dalam resesi,” kata Josua Pardede.