Jakarta (Kemenag)—Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Kamis pagi (21/12) disambangi empat siswa/siswi SMA Taruna Nusantara. Kunjungan siswa terbaik di SMA Taruna Nusantara ini bukan sekadar bersilaturahmi dan berdiskusi dengan Menag, melainkan melakukan wawancara khusus.
Sosok Menag Lukman Hakim menjadi salah satu magnet bagi mereka untuk mengetahui rekam jejak perjalanan sang menteri dari masa kecil hingga dipercaya menjabat Menteri Agama. Begitu juga dengan pandangan Menag terhadap ragam persoalan saat ini tak luput dari perhatian para siswa dengan ‘mencecar’ sejumlah pertanyaan kepada Menag.
Seperti dukungan Indonesia untuk perjuangan kemerdekaan Palestina, perbedaan hukum di Arab Saudi dengan Indonesia, soal toleransi dan kebhinekaan mengawali wawancara para siswa dengan Menag.
Keempat siswa SMA Taruna Nusantara yang bertugas untuk melakukan wawancara khusus dengan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin yaitu, Amelia Ayu, Rifa Putri Syafiyyah, Hamed Zonas Fadillah dan Muhammad Bintang Fadly Ramadhan.
Wawancara khusus para siswa dengan Menag berjalan santai dan penuh keakraban ini berlangsung di Ruang Kerja Menag Lantai II Kantor Kemenag Jalan Lapangan Banteng, Jakarta.
Menariknya lagi dalam wawancara tersebut siswa SMA Taruna Nusantara ini baru mengetahui bila Menag Lukman Hakim Saifuddin sama sekali tidak pernah bercita-cinta menjadi menteri.
“Izin Pak, apakah Bapak termotivasi oleh ayahanda untuk menjadi Menteri Agama? Tanya Amelia Ayu.
“Saya menjadi menteri sama sekali tidak pernah saya rencanakan dan tidak saya cita-citakan. Ayah saya memang betul pernah menjadi Menteri Agama pada tahun 1962 hingga 1967. Tapi saya tidak pernah bercita-cita untuk menjadi menteri. Buat saya jabatan menteri itu terlalu jauh dalam pikiran saya. Dulu cita-cita saya itu adalah menjadi guru. Kenapa guru? Saya menilai profesi guru itu adalah pekerjaan yang paling mulia, ya ketika itu saya masih di Pondok Pesantren Gontor, “ jawab Menag tersenyum.
“Apa saja suka duka Bapak selama menjadi Menteri Agama,” timpal Hamed Zonas Fadillah.
“Saya lebih banyak merasakan sukanya daripada dukanya. Karena saya bersyukur, karena diberikan kepercayaan untuk bisa memberikan sesuatu bagi orang banyak dan melayani umat beragama, Ya bagaimana hidup kita ini bermanfaat bagi orang banyak,” ucap Menag.
“Semua ajaran agama berbicara, sebaik-baiknya orang adalah yang memberikan kemaslahatan bagi orang banyak. Kalau dukanya relatif tidak begitu banyak yang saya rasakan, “ ujar Menag menjelaskan.
Kepada para siswa SMA Taruna Nusantara Menag berpesan agar mensyukuri kesempatan ini. Sebab tidak semua anak-anak di Indonesia berkesempatan bisa mengenyam pendidikan di sekolah yang prestisius dan sangat hebat.
Apalagi tambah Menag, siswa yang bersekolah di SMA Taruna Nusantara merupakan hasil seleksi yang ketat dari seluruh Indonesia. “Tidak hanya negara yang memilih kalian untuk bisa sekolah di SMA Taruna Nusantara, melainkan juga takdir Tuhan. Jadi kalian tidak hanya mendapatkan kesempatan dan kepercayaan tapi juga mendapat kehormatan untuk menjadi siswa Taruna Nusantara. Ini harus kalian syukuri dengan menjaga kepercayaan dengan sebaik-baiknya dan bagaimana memanfaatkan kesempatan yang ada untuk hal-hal yang positif, “ kata Menag.
Usai melakukan wawancara selama hampir 1 jam, empat siswa SMA Taruna Nusantara menyerahkan cenderamata kepada Menag dan melakukan foto bersama. https://kemenag.go.id/