Kisah Letkol Pnb Akal Juang Embryono T.P, ST (TN 3) Penerbang Pesawat Kepresidenan Dengan Multi Talenta

POSBELITUNG.CO,BELITUNG–Sebagai penerbang TNI AU, Letkol Pnb Akal Juang Embryono T.P, ST ‎yang saat ini menjabat sebagai Komandan Lanud H AS Hanandjoeddin ternyata pernah menjadi Kapten Pilot pesawat Kepresidenan RI.

Selama berkarier di TNI Angkatan Udara , suami dari drg Santi Mandalika itu memiliki kemampuan menerbangkan berbagai pesawat militer.

Mulai dari pesawat latih AS-202 Bravo, T-34 C, KT-1B Woong Bee, Ceesna 172, hingga C-130 Hercules, Fokker 28 VIP, dan Boeing 737 (termasuk BBJ yang saat ini digunakan oleh Presiden Jokowi).

Danlanud H AS Hanandjoeddin Akal Juang
Danlanud H AS Hanandjoeddin Akal Juang (Pos Belitung/Adelina Nurmalitasari)

Namun siapa menyangka sulung dari pasangan ‎Tjipto Sumarsono dan Noor Azizah itu bukan dibesarkan dari keluarga tentara, sebab sang ayah seorang pegawai PT Semen Gersik sedangkan ibu seorang guru SMA.

‎Saat ditemui pos belitung, Kamis (23/5), pria kelahiran Yogyakarta 22 November 1977 silam tersebut meceritakan telah menghabiskan masa kecil di kota Gresik, Jawa Timur hingga lulus SMP.

Perjalanan hidupnya dimulai ketika diterima di SMA Taruna Nusantara, Magelang pada tahun 1992. Setelah lulus SMA Taruna Nusantara di Magelang, keinginan Akal menguat untuk menjadi abdi negara sebagai seorang tentara.

Meskipun sebenarnya cita-cita tersebut sudah muncul semenjak kecil. Hingga akhirnya masuk sebagai taruna Akabri Udara atau AAU pada tahun 1995.

“Saya ini kan tumbuh besar di Gersik‎ daerah pantai yang jauh dari bandara jadi kalau melihat pesawat itu sesuatu yang luar biasa. Jadi saya daftar AKABRI ternyata lulusnya sebagai AU padahal saya nulisnya urut saja mulai dari AD, AU dan polisi,” ungkapnya.

Selama di Akademi Angkatan Udara (AAU) di Jogyakarta, Akal Juang masuk jurusan Aeronatika atau Teknik Penerbangan

Lulus sebagai taruna AKABRI berpangkat Letda, Akal menjalani seleksi untuk bisa masuk Sekolah Penerbang TNI AU.

Naluri Akal sebagai seorang penerbang mulai muncul saat dirinya menjalani seleksi bakat. Sebab, tanpa pengalaman terbang, dirinya mampu mengendalikan laju pesawat latih AS 202 Bravo didampingi seorang instruktur.

“Memang untuk sekolah penerbang ini cukup sulit dan biayanya cukup tinggi‎, makanya tidak semua lulusan AKABRI Udara bisa masuk. Seleksinya mulai dari kesehatan, psikologi dan bakat, nah pada saat tes bakat itu saya meraih ranking‎ paling atas,” ungkapnya.

‎Setelah 13 bulan menempuh pendidikan di sekolah penerbang di Jogyakarta, akhirnya dirinya dinyatakan lulus dengan jurusan penerbang angkut.

Mengantongi lisensi penerbang angkatan udara, Akal Juang ditugaskan di Skuadron 17 Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta sebagai pilot penerbang angkut.

Pesawat angkut yang pertama diterbangkannya adalah C-130 Hercules hingga menjadi Captain Pilot. Dengan pesawat tersebut naluri sebagai penerbang militer terasah.

Membawa pasukan dan logistik sampai ke pelosok nusantara pernah dilaksanakan
oleh Akal Juang, termasuk ke daerah konflik seperti Aceh dan Papua.

Berlanjut saat dipercaya membawa pesawat VIP, disanalah Akal belajar untuk memahami berbagai karakter para pejabat dan petinggi, baik militer maupun sipil.

“Enaknya di satuan VIP, terbangnya sering bareng pramugari. Ada yang nawarin teh atau kopi saat terbang. Mereka juga dari Wara (Wanita Angkatan Udara). Kalau di pesawat militer lain cuma ada air mineral”, canda pria yang telah memiliki 2 anak tersebut.

“Saya bertugas di Skad 17 mulai dari akhir 2000 sampai 2013 terpotong dua tahun balik lagi ke Jogya.

Karena bagi para penerbang setelah menjadi Kapten Pilot harus sekolah lagi di Jogya untuk jadi instruktur dan mengajar adik-adik siswa penerbang. Bayar SPP dulu lah,” katanya.

Kemudian, memasuki 2013 dirinya pindah tugas di Wing 1 Lanud Halim Perdana Kusuma sebagai Kalambangja dan kemudian Kafaslat, namun tetap aktif sebagai seorang penerbang pesawat angkut.

Berselang dua tahun kemudian, dirinya pindah tugas menuju Lanud Hasanudin Makassar menjabat sebagai Kepala Ruang Operasi (Karu Ops)

“Di sana saya enam bulan sebagai‎ Karu Ops, lalu menjadi Komandan Skadron 5 yang menaungi pesawat intai. Jadi sebelumnya basic saya pesawat angkut berubah menjadi pesawat intai,” katanya.

Setelah menjalani masa tugas selama 1,5 tahun di Lanud Hasanudin Makassar, Akal kembali pindah tugas ke Sekolah Komando Kesatuan Angkatan Udara‎ (Sekkau) Jakarta sebagai Kepala Dinas Operasi yang bertugas mengatur jalannya operasional pendidikan para perwira pertama AU sebelum menjadi seorang perwira menengah.

“Saya sendiri menyelesaikan SEKKAU di Jakarta tahun 2007 kemudian SESKOAU di Lembang tahun 2013 dan alhamdulillah saya mendapat lulusan terbaik,” ungkapnya.

Memasuki 2018, dirinya kembali mendapat mandat dari Pangkoopsau 1 untuk menjabat sebagai Komandan Lanud H AS Hanandjoeddin Tanjungpandan. Berpindah dari satuan operasional ke satuan kewilayahan.

Dinas Keliling Luar Negeri

Akal Juang menceritakan tentunya banyak sekali pengalaman suka duka menjadi seorang TNI AU‎.

Menurutnya semenjak terjun sebagai tentara, dirinya sudah pernah bertugas ke berbagai negara mulai dari negara ASEAN hingga Eropa, baik terbang, sekolah maupun penugasan khusus lainnya.

Bahkan ‎pada 2015, dirinya pernah ditugaskan sebagai tim evakuasi Warga Negara Indonesia (WNI) di Yaman pada saat awal terjadi perang saudara.

Dirinya bertugas sekitar tiga minggu tergabung bersama tim dari Kemenlu dan Polri untuk mengkaji kelayakan bandara di Yaman serta membantu proses evakuasi WNI.

“Alhamdulillah kalau ASEAN sudah semua mulai Filipina, Brunai, Malaysia, Thailand, Singapura, Kamboja sudah pernah, sampai ke China. Kalau Eropa, saya pernah di Prancis.

Amerika, Kanada‎, Australia dan Papua Nugini juga pernah. Sedangkan pada tahun 2010-2011 ditugaskan sebagai pasukan perdamaian PBB di Libanon,” katanya.

‎Sedangkan duka sebagai seorang tentara tentunya minim waktu bersama keluarga demi pengabdian kepada negara.

Ia menceritakan selama bertugas di Skuadron 17 dirinya hampir tidak punya waktu libur meskipun saat weekend.

Mengingat pergerakan para pejabat lebih padat pada saat Sabtu dan Minggu.

“Makanya dulu setiap Sabtu dan Minggu itu saya tidak pernah janji bepergian sama keluarga. Karena terkadang hari itu kami harus stand by, apalagi Presiden atau Panglima TNI mau berangkat, kami harus siap tiga jam sebelumnya,” kata Akal.

Selain itu, predikat sebagai penerbang merupakan pekerjaan dengan resiko tinggi. Karena membawa Alutsista TNI yang berharga mahal.

Terlebih penumpang yang diangkut merupakan pejabat tinggi negara dan perwira tinggi militer.

“Alhamdulillah berkat doa istri dan anak-anak, saya dapat menuntaskan setiap misi penugasan dengan baik, tutup perwira menengah AU ini yang baru saja sukses menyelenggarakan Latihan TNI AU Jalak Sakti di AWR Buding beberapa waktu lalu,” katanya.(Posbelitung/Dede Suhendar)

http://belitung.tribunnews.com/2019/05/26/letkol-pnb-akal-juang-embryono-penerbang-pesawat-kepresidenan-dengan-multi-talenta?page=all
Penulis: Dede Suhendar
Editor: Iwan Satriawan

Scroll to Top