Kisah Anak Binjai, Iptu Dicky Pranata (TN 17) Kasat Termuda di Pulau Jawa

KISAH inspiratif datang dari seorang pemuda asal Sumatera Utara bernama Dicky Pranata. Ia berhasil mewujudkan cita-citanya untuk menjadi anggota polisi.

Polisi kelahiran Binjai, Sumatera Utara 11 November 1991 terlahir dari keluarga pasangan sederhana yakni, Ahmad Fauzi dan Juliani.

Ketika masa pendidikan, sang ayah bekerja sebagai supir diperkebunan sawit di Sumatra. Sedangkan, ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang meninggal dunia saat Dicky masih menjalani pendidikan di AKPOL Semarang. Meski begitu, semangatnya untuk mewujudkan mimpi dan membanggakan kedua orang tuanya tak pernah padam.

Perjuangan Dicky untuk mewujudkan mimpinya demi mengangkat derajat keluarganya tentu tidak mudah.

Dicky mengenyam pendidikan SD dan SMP di salah satu sekolah favorite di Binjai. Karena tidak mau membebani orang tuanya, Dicky pun diam-diam mendaftarkan dirinya ke Sekolah Taruna Nusantara di Magelang dengan jalur Beasiswa pada tahun 2006. Atas iZin Allah SWT, Dicky akhirnya diterima dengan jalur beasiswa.

Di sinilah awal perjalanan Dicky merantau. Menjalani pendidikan di dalam asrama jauh dari kota kelahiran tentu tidak mudah. Namun pada tahun 2009 Dicky berhasil lulus tepat waktu selama 3 tahun dengan beasiswa penuh dan nilai yang memuaskan.

Di suatu siang di ruangan Kasat Lantas Polres Bogor, Jalan Tegar Beriman, Dicky bercerita, saat kegagalan pertamanya ketika mendaftar di Polda Sumatera Utara, ia bertekad untuk mencoba lagi.

“Saya daftar polisi pertama kali di Polda Sumatera Utara. Seleksi lulus. Begitu masuk tahapan pantohir, saya dinyatakan gagal. Lalu tahun berikutnya, saya mencoba lagi dengan mendaftar di Polda Jawa Barat tahun 2010. Saya akhirnya dinyatakan lulus dalam setiap tahapan dan lulus lagi dalam menjalani pelatihan dan pendidikan. Kenapa saya harus mengulang dua kali daftar polisi?, karena saya punya motivasi yakni saya ingin mengangkat marwah dan derajat keluarga saya,” katanya bersyukur.

Perjuangan selama pendidikan sebagai Taruna Akademi Kepolisian (AKPOL) tentu tidak mudah.

Dicky bercerita, saat menjalani pendidikan, ia mulai hidup mandiri karEna tinggal di asrama. Namun Dicky dapat menjalani pendidikan selama 3 tahun di AKPOL dengan berbekal semangat dan motivasi dari orangtuanya yang tak pernah putus.

Berkat semangat dan tekadnya yang kuat, 3 tahun pendidikan, ia berhasil melaluinya. Pada tahun 2013, Dicky berhasil lulus dari Akademi Kepolisian (AKPOL) dengan menyandang pangkat Inspektur Dua (Ipda).

Ada kebanggaan dan keharuan pada diri dan keluarganya saat resmi memakai seragam polisi. Dicky yang lulus Akademi Kepolisian tahun 2013 memulai tugas perdananya di Polda Bali.

Penempatan pertama di pulau dewata ini, Dicky menjalankannya dengan penuh tanggung jawab. Bagi sulung dari dua bersaudara ini, segala sesuatu jika ingin hasilnya maksimal, maka harus direncanakan.

“Orang sukses itu harus kerja keras. Jangan instan. Kerja yang baik bagi organisasi dan biarlah atasan yang menilai,” ujarnya.

Pengabdiannya serta totalitasnya bagi institusinya, ternyata dilihat oleh atasannya. Ia bersama enam rekannya dari berbagai Polda di tanah air, dipanggil untuk mengikuti seleksi pengawalan pejabat tinggi negara.

Melalui rangkaian seleksi yang ketat, dua akhirnya terpilih. Satu di antaranya adalah dirinya. Dicky akhirnya resmi terpilih dan di percaya menjadi ajudan ibu negara pada tahun 2015, ibu Iriana Joko Widodo.

Bagi anak sopir ini, mengawal ibu negara selama 2 tahun, merupakan sebuah kehormatan luar biasa karena diberi kepercayaan oleh negara untuk menjalankan tugas mulia tersebut.

Banyak kenangan dan juga banyak ilmu yang ia dapat saat menjalankan tugasnya mengawal ibu negara. Baginya, Ibu negara adalah sosok yang inspiratif. Low profil. Tidak hanya itu, ibu Iriana adalah sosok ibu yang baik dan apa adanya. Ibu Iriana sangat keibuan dan perhatian kepada orang-orang di sekitarnya.

“Bahkan ketika saya menikah, ibu negara dan bapak presiden Jokowi menyempatkan hadir ke acara pernikahan saya pada tahun 2016 di Jakarta. Sebuah momen yang tidak akan saya lupakan,” cerita Dicky mengenang.

Nasehat serta bimbingan ibu negara diakui Dicky menjadi pegangannya saat ia menghadapi banyak dinamika tugas.

“Ibu selalu kasih masukan, jika ada masalah, hadapi dengan kepala dingin. Pernah makan bersama. Pesan terakhir ibu negara, berdinaslah dengan baik. Bekerjalah dengan sungguh-sungguh. Ini pesan yang akan terus saya ingat. Terimakasih ibu yang sudah membimbing saya selama dua tahun,”ucapnya bersyukur.

Bimbingan ibu negara serta ilmu yang didapat selama mengawal orang nomor tiga di Republik Indonesia ini, membuat Dicky matang dalam menjalani kariernya.

Berbagai terobosan dan ide cemerlang ia hasilkan saat di percaya menjabat Kanit Regident Polres Bogor tahun 2017 selepas dari tugasnya sebagai ajudan.

Dari beberapa capaian hasil kerja kerasnya, Dicky mendapat penghargaan tertinggi dari atasannya berupa Pin Emas Kapolri. Ia juga mendapat penghargaan sebagai perumus registrasi SIM online. Program ini yang akhirnya di adopsi sebagai program nasional Kakorlantas Polri. Yang berikut, Dicky juga mendapat apresiasi sebagai penyusun tema HUT Bhayangkara 1 Juli 2020 di Mabes Polri.

Perjalanan jabatan kedinasannya selama beberapa waktu di Samsat Cibinong, Dicky mengeluarkan program Samper atau Samsat Perusahaan. Pola jemput bola dan jangan mempersulit pemohon ini, ternyata mendapat respon positif dari masyarakat.

Keberhasilan program ini terlihat dari adanya peningkatan kepercayaan publik terkait kesadaran membayar pajak yang terus meningkat. Melalui program ini, Samsat Kabupaten Bogor akhirnya mendapat penghargaan dari BPI.

Jenjang karier Dicky terus berlanjut. Ia kini dipercaya menjabat sebagai Kasat Lantas Polres Bogor. Jabatan yang di embannya sejak bulan Oktober 2020 kemarin dengan pangkat Inspektur Satu (Iptu), menjadikan bapak dari satu anak ini menjadi Kasat termuda di pulau Jawa.

Dicky yang menjabat sebagai Kasat Lantas Polres Bogor, Polda Jawa Barat, akan mendapat kenaikan pangkat menjadi Ajun Komisaris Polisi (AKP) pada tanggal 1 Juli 2021 bertepatan dengan peringatan HUT Bhayangkara ke 75 tahun ini.

Dicky yang sejak SMA sudah merantau ke Magelang mengaku, sangat bahagia memiliki seorang istri yang terus memberinya semangat.

Baginya, Elsa Melinda, wanita yang ia kenal saat masih berdinas di Bali tempat dinas pertamanya dulu, merupakan sosok yang setia mendampinginya dalam setiap langkah dan perjuangan sejak menikah hingga saat ini.

Kini kebahagiaan Dicky semakin lengkap dengan bertambah penyemangat dalam hidupnya, yaitu kehadiran seorang putri kesayangannya bernama Aurora Pranata.

Ketika bercerita tentang apa programnya kini sebagai Kasat Lantas Polres Bogor, lulusan Akpol tahun 2013 yang juga mengenyam ilmu di PTIK dan S2 di UI jurusan Manjemen SDM yang diraihnya tahun 2020 kemarin mengatakan, untuk kawasan wisata puncak, harus ada ketersediaan terminal.

“Kajian bersama, harus ada terminal di Ciawi. Ini simpul kemacetan. Kita butuh lahan terintegrasi. Harapannya, tidak ada lagi kendaraan ngetem di bahu jalan. Untuk PKL puncak, butuh kawasan UMKM. Ibu Bupati sudah siapkan kios di Gunung Mas yang bisa tampung 500 pedagang,”ujarnya.

Bagi Dicky, kedepan harus ada alternatif lain, jika mengacu kepada tingginya animo masyarakat ke wilayah wisata berhawa sejuk ini. Dicky yang bercita-cita ingin menjadi Kapolri ini, menawarkan solusi berupa adanya pembuatan jalan baru.

“Butuh alternatif lain. Harus ada jalur baru,”tegas Dicky yang terus bersyukur karena di usianya yang baru 29 tahun, diberi kepercayaan oleh pimpinannya menjabat Kasat Lantas. (yopi/sir)

https://poskota.co/berita-utama/kisah-anak-binjai-iptu-dicky-pranata-kasat-termuda-di-pulau-jawa

Scroll to Top