Letkol (Inf) Rio Neswan (TN 5), Nakhoda Baru Satgas Pamtas RI-Malaysia

Letkol (Inf) Rio Neswan (TN 5), Nakhoda Baru Satgas Pamtas RI-Malaysia

Nov 09, 2017By admin SMATN

BERTUGAS DI PERBATASAN: Komandan Satgas Pamtas 621/MTG, Letkol Inf Rio Neswan saat akan berpisah dengan istri dan anaknya dalam mengemban tugas di Nunukan. DOKUMEN PRIBADI UNTUK RADAR NUNUKAN

PROKAL.CO, Baginya, tugas di perbatasan bukanlah kali pertama ia emban sejak lulus dari Akademi Militer (Akmil) pada 2000 silam. Sederet tugas operasi itu membawa ia tak asing lagi sejak memimpin Satgas Pamtas Yonif 621/ Manuntung di Nunukan. Bagaimana kisah Rio Neswan, berikut ulasannya.

MEMIMPIN 350 prajurit kini menjadi tugas utama yang akan dilaksanakan Letnan Kolonel (Letkol) Inf Rio Neswan selama 9 bulan ke depan. Bertugas di perbatasan bukanlah menjadi kendala bagi dirinya, berkat pengalaman tugasnya di wilayah perbatasan, membuat pria lulusan Akademi Militer (Akmil) 2000 tidak merasa kesulitan menyesuaikan diri di manapun bertugas.

Pria kelahiran, 11 Agustus 1978 Tajung Karang, Bandar Lampung ini awalnya tak pernah bercita-cita terjun ke dunia militer. Ia justru ingin mewujudkan keinginanya untuk dapat menjadi lulusan teknik informatika di Institut Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat.

Namun semua itu berubah, saat dirinya masuk dan menjalani pendidikan menengah atas di SMA Taruna Nusantara, Magelang. Selama menjalani pendidikan di Magelang, dirinya berasa telah berada di lingkungan militer, sebab pendidikan yang diterapkan pada sekolah tersebut sudah menggunakan sistem militer.

Orang tua dari Rio Neswan bahkan sempat kaget ketika mengetahui anaknya masuk pada sekolah tersebut. Keinginannya ingin menjadi seorang sarjana informatika seakan hilang dengan sendirinya.

Usai lulus dari SMA Taruna Nusantara, ia kemudian mendaftarkan diri masuk Akademi Militer (Akmil) TNI AD. Usai lulus, sejumlah tugas pun menanti putra dari pasangan (alm) H. Ustamjam dan ibu Hj. Ruspayati itu.

 

Penempatan pertama pun menantinya, yakni Batalion Infantri 731 Kaberasi, Maluku Utara selama delapan tahun. Sejak bertugas di batalion, ia mengemban sejumlah jabatan yakni menjadi Komandan Peleton (Danton), Komandan Kompi (Danki) dan perwira seksi.

Usai menjalankan tugas di batalion, Rio kemudian ditugaskan menuju Kodim 1504/Kota Ambon sebagai perwira seksi operasi selama setahun. Tuntas menjalankan tugas operasi di Ambon, Dansatgas Pamtas RI–Malaysia ini kemudian ditarik mengikuti pendidikan lanjutan perwira di Kota Bandung, Jawa Barat. Kemudian pindah ke Mabes TNI AD di Jakarta.

Di Mabes TNI, ia lalu ditempatkan sebagai staf personel AD selama empat tahun. sejak di Mabes TNI, ia berkesempatan melanjutkan pendidikan umum sebagai sarjana dan master.

Perjalanan pendidikan militer Rio tak sampai di situ, dia juga mendapat kesempatan meniti pendidikan di luar negeri. Di antaranya, pendidikan militer di Thailand terkait misi perdamaian dunia di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan selanjutnya melanjutkan pendidikan Hawai, Amerika Serikat (AS) terkait manajemen krisis selama delapan minggu.

“Kemudian saya lanjutkan sekolah staf dan komandao di Riyadh, Saudi Arabia selama 11 bulan. Selesai sekolah di Riyadh, saya ditempatkan di Bandung, di Sekolah Staf dan Komandao AD,” urai Rio kepada Radar Nunukan.

Pasca melaksanakan tugas di Sekolah Staf dan Komando AD, ia kemudian ditarik mengisi jabatan di Korem 101/Antasari, Banjarmasin hingga Agustus 2016 lalu, dan dipercayakan memimpin Komandan Yonif 621/ Manuntung yang menjadi cikal bakal akhirnya menjadikan pengalaman pertamanya memimpin satuan bertugas di wilayah perbatasan Indonesia–Malaysia.

Suami dari istri bernama Maulani yang bertugas sebagai Aparatur Sipil Negeri (ASN) di Lingkup Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) ini mengungkapkan, untuk keluarga sendiri bagi Rio tak pernah menjadi persoalan saat dirinya harus bertugas dan jauh dari rumah, karena faktor kebiasan dan pengertian.

Harus dipahami bahwa sebagai prajurit TNI terkadang akan mendapatkan tugas di daerah operasi. Sehingga harus berpisah dengan keluarga untuk sementara waktu. “Saya sudah sampaikan sebelumnya ketika bersama TNI pasti akan ada waktunya berpisah sementara waktu, istri dan anak pun mengerti akan hal tersebut,” beber ayah dari Riyadh Maulana Neswan ini.

Tugas sebagai penjaga perbatasan yang saat ini ia emban akan ia jalankan sebaik mungkin. Peran prajurit yang ada di tiap pos harus selalu solid untuk menjalankan visi dan misi yang telah dibawa. Sebagai satuan yang bertugas di perbatasan, tentu banyak hal yang harus diperhatikan. Termasuk kegiatan ilegal di jalur-jalur perbatasan.

“Tiap pasukan yang berada di pos harus selalu siap siaga, karena tugas di perbatasan yang utama adalah menjaga kedaulatan NKRI,” ujarnya.

Selain itu, predikat terbaik yang didapatkan Satgas Pamtas sebelumnya yakni 611/Awang Long menjadikan ia harus berkomitmen menjaga dan meningkatkan predikat terbaik tersebut. Karena penugasan sembilan bulan di wilayah perbatasan, ternyata mendapat penilaian tersendiri dari Mabes TNI AD kepada seluruh Satgas Pamtas yang mengemban tugas di perbatasan.

Mabes TNI AD pun akan memberikan reward bagi satuan tugas yang berhasil keluar sebagai predikat terbaik dalam menjalankan misi, untuk membawa nama Indonesia dalam mengemban misi sebagai pasukan perdamaian dunia di bawah naungan PBB.

Sementara, untuk prajuritnya sendiri, ia berkomitmen akan berusaha menjaga garis terdepan wilayah NKRI ini dari segala upaya penyelundupan, terorisme maupun percobaan mengancam kedaulatan Indonesia.

“Semoga kami dapat bertugas dengan baik dan mengharapkan dukungan dari seluruh elemen masyarakat di Kabupaten Nunukan ini,” pungkas Rio Neswan. (***/eza)

http://kaltara.prokal.co/

Related post

Top