AKBP Boyke Karel Wattimena (TN 4), mengenang masa kecilnya

AKBP Boyke Karel Wattimena (TN 4), mengenang masa kecilnya

Oct 08, 2020By admin SMATN

TRIBUNKALTIM.CO, BONTANG - Perwira polisi 2 bunga di pundak itu mengenang masa kecilnya. Mulai dari mencuci seragam sekolah sendiri sejak kelas IV SD hingga rotan legendaris ayahnya.

Disiplin. Itulah ilmu yang diajarkan ayahnya yang merupakan pensiunan PNS di Kota Masohi Maluku Tengah. Kedisiplinan yang diajarkan ayahnya, soal waktu, kemandirian dan tanggungjawab membangun karakter kepemimpinan AKBP Boyke Karel Wattimena.

Mantan Kapolres Bontang yang saat ini menjabat sebagai Wadir Ditpolairud Polda Kaltim ini mengaku dididik keras oleh orang tuanya.

Namun, tak ada keluhan yang terucap dari bibirnya. Justru ia tak tahu bagaimana lagi mengucap terima kasih kepada orang tua yang telah membesarkannya. Jasa kedua orang tua tak akan pernah bisa dibalas, katanya.

 

Anak bungsu dari 4 bersaudara itu penuh antusias mengisahkan cerita masa kecilnya di depan anak-anak beberapa waktu lalu, di panggung Pendopo Rumjab Walikota Bontang. Ia menjadi inspirasi bagi generasi masa depan Kota Minyak (sebutan Bontang).

"Kami sekolah Senin sampai Sabtu. Terutama hari Sabtu, orang tua mewajibkan mencuci baju khusus pakaian sekolah. Mulai dari baju, celana, kaus kaki dan topi. Dari kecil kami diajarkan mencuci sendiri baju sekolah," bebernya.

Saat duduk di bangku sekolah menengah pertama, ia sudah menanam cita-cita untuk sekolah di luar pulau Sulawesi. Boyke merupakan pribadi yang haus ilmu.

Pantang mundur ia mengejarnya, meski harus berpisah jauh dari keluarga. Namun, didikan orang tuanya membuatnya menjadi sosok yang kuat dan mandiri.

"Mulai SMP, saya bercita-cita sekolah di luar. Sekolah harus di Jawa. Tahun 90an, kalau dibandingkan kampung saya dan di Jawa, lumayan jauh tingkat pendidikan. Saya harus sekolah di jawa pokoknya," ungkapnya.

Sampai cerita, ia mengikuti tes masuk SMA Nusantara di Magelang. Kesempatan itu tak disia-siakan Boyke. Ia berjuang sekuat tenaga. Hingga berhasil menyisihkan 497 orang yang turut mendaftar di seleksi penerimaan sekolah. Di sanalah titik berangkat perjalanan hidupnya bermula. Tahun 1996 silam.

"Di Maluku, yang daftar 500 orang, sisa 100 orang, tes lagi tinggal 30 orang, tes lagi 10 orang, hingga tinggal 3 orang, alhamdulillah saya salah satunya. Asli orang Maluku, Ambon itu saya sendiri," ucapnya.

Sampai di Magelang ia ikut tes lagi, hingga akhirnya mengenyam pendidikan selama 3 tahun di SMA Nusantara. Ia pun mendapat kesempatan daftar di Akabri. Tekad dan keinginan kuat mengantarkan ia jadi taruna Akabri, lalu masuk ke jalan kepolisian hingga saat ini.

"Bapak pensiunan PNS. Didik saya cukup keras. Selesai makan, istirahat sebentar, tidur siang. Kalau tidak tidur. Bapak punya rotan selebar kelingking. Kalau gak tidur dipukul pantatnya. Kita Diajar mandiri dan bertanggungjawab," katanya.

"Dan itulah yang saya rasakan. Di asrama sekolah. Bertugas di tempat jauh. Rupanya cara mendidik orang tua kita yang keras, pada akhirnya punya manfaat," sambungnya.

Kendati demikian, saat ini orang tua memang harus lebih hati-hati dalam urusan mendidik anak. Tak bisa disamakan metode orang tua dulu dengan sekarang. Setiap zaman memiliki polanya masing-masing, menurutnya.

 

Terkadang dirinya merenungi apa yang telah diajarkan orang tua, saat ia masih kecil. Ia mengingatkan zaman sekarang berbeda. Orang tua mendidik dengan keras, salah-salah bisa terjerat UU perlindungan anak.

"Kalau zaman saya kecil, mungkin orang tua saya masuk penjara kali, ya," seloroh Boyke ditemani tawa kecilnya.

Menurutnya, perwira polisi yang pernah bertugas selama 6 tahun di Sumatera Selatan ini tak ada orang tua yang tak ingin masa depan anaknya cerah. Mereka punya alasan kuat mendidik dengan berbagai cara agar memudahkan anaknya menggapai cita-cita.

"Terlepas dari semua itu, saya merasa bahwa tak ada orang tua yang mendidik, tak mau anaknya baik di masa depan. Semua oang tua ingin anaknya lebih baik dari orang tua," ucapnya.

Ketegasan dalam mendidik anak di rumah penting baginya. Hal itulah yang dilakukan Boyke kepada anak-anaknya di rumah. Harus bersabar untuk bersikap tegas, agar anak mandiri dan disiplin.

"Kadang-kadang kepada anak kita harus tega. Kita harus tegas. Tak bisa (melulu) kasihan. Saya becermin dari saya sendiri. Dengan cara mendidik orang tua yang tegas dan keras. Saya bisa mandiri. Dan membuktikan. Inilah hasil didikan orang tua saya," tuturnya.

 

Baginya, pekerjaan nomor satu dalam prinsip hidupnya. Namun keluarga adalah hal paling utama. Sebab itu, selama memimpin institusi Polri di Bontang, ia dikenal sebagai pemimpin yang ringan memberikan izin anggotanya, bila tugas mereka terbentur dengan urusan keluarga.

"Pekerjaan nomor satu. Keluarga paling utama. Karena setelah bekerja kita kembali ke keluarga. Makanya, kalau ada anggota izin ada urusan keluarga, saya bilang berangkat kamu," ujarnya.

https://kaltim.tribunnews.com/2020/08/14/orangtua-dan-anak-di-mata-akbp-boyke-karel-mantan-kapolres-bontang-kisah-perjuangan-gapai-cita-cita?page=all.
Penulis: Muhammad Fachri Ramadhani
Editor: Budi Susilo

Related post

Top