Dua Siswa SMA Taruna Nusantara Berjaya di Ajang IMC Singapura 2017

Irfan Urane Azis (kiri) dan Kinantan Arya Bagaspati menunjukkan medali dan penghargaan yang diperolehnya dalam ajang IMC di Singapura 2017.(Adi Daya Perdana/Radar Jogja)

Nama Indonesia disebut dalam ajang International Mathematic Contest (IMC) di Singapura 2017. Siswa dari Indonesia mampu menunjukkan hasil terbaik pada ajang ini. Dua siswa SMA Taruna Nusantara Magelang Irfan Urane Azis dan Kinantan Arya Bagaspati, membawa pulang masing-masing medali Gold Prize. Bahkan Irfan juga dinobatkan sebagai Grand Champion Grade 10.

IMC 2017 berlangsung di Singapura, Agustus ini. Sebanyak 14 negara dari belahan dunia mengikuti lomba matematika bergengsi itu. Di antaranya dari Tiongkok, Amerika, Korea, Inggris, Singapura, dan lainnya. Total peserta pun mencapai ribuan siswa dengan berbagai kelas.

Dua siswa SMA Taruna Nusantara (TN) pulang lomba dengan menggondol prestasi cukup membanggakan. Dua medali Gold Prize dalam kelas lomba siswa kelas X bisa dibawa pulang. Bahkan satu siswa mendapatkan Grand Champion Grade 10, penghargaan dengan nilai tertinggi di kelas perlombaannya. “Senang banget dan bersyukur bisa berkontribusi terhadap negara,” kata Irfan.

Di Singapura, ia bersaing dengan 1.000 siswa dari negara lain. Kelas lomba dibagi menjadi 5 grade, salah satunya grade (kelas) 10. Untuk mendapatkan medali itu,  bukan merupakan perkara yang mudah.

Irfan harus mengerjakan 18 soal dalam waktu 1,5 jam. Ia pun harus mengatur waktu dengan baik untuk mengerjakan soal itu. Bekal disiplin yang diajarkan saat di SMA TN menjadikan ia mampu mengerjakan soal dengan baik. “Sempat kesulitan mengerjakan 18 soal dalam waktu 1,5 jam. Tapi saat sekolah di TN, siswa terbiasa hidup teratur,” katanya.

Salah satu soal yang keluar saat lomba, di antaranya, matematika tentang kombinatorik. Putra Kapolda Metro Jaya Irjen Idham Azis ini mengaku bisa mengatasi soal berbekal pengalaman saat di SMA TN. Saat di sekolah, teman-temannya berasal dari Sabang sampai Merauke dengan kepribadian yang berbeda-beda.

“Itu kebawa sampai ke lomba bahwa di sini diajarkan untuk pantang menyerah. Dari teman siswa Sabang sampai Merauke, bisa selesaikan masalah beda-beda. Setiap masalah pasti ada solusinya. Termasuk mengatasi soal ketika lomba dengan tidak hanya tidur saja. Tetapi dengan bekerja lebih tekun,” jelasnya.

Terlebih peserta lomba ada seribuan. Yang dari Indonesia terdapat 130 siswa,  namun yang mendapatkan medali Gold Prize hanya 14 siswa. Sedangkan yang mendapatkan Grand Champion Grade 10 hanya satu orang.

“Sebelum lomba, beberapa persiapan di antaranya belajar di asrama di ruang tersendiri. Dan dibimbing juga oleh guru matematika,” kata siswa kelahiran 14 Juni 2001 ini.

Sebagian besar siswa memandang mata pelajaran matematika merupakan hal yang sulit. Namun, hal itu tidak berlaku baginyaa. Anak kedua dari empat bersaudara ini suka terhadap matematika sejak SD. Kemudian mendalami pelajarannya ketika memasuki SMP dan beberapa kali mengikuti les.

“Awalnya mendalami pelajaran matematika, lalu mendapat suport dari keluarga dan sekolah. Bisa mengerjakan soal matematika merupakan kepuasaan tersendiri,” katanya.

Selain Irfan, siswa SMA TN lainnya adalah Kinantan Arya Bagaspati, kelas 10, juga mendapatkan medali Gold Prize. Kinantan mengaku sudah mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba itu. Ia merasa senang terhadap matematika sudah sejak SMP.
Kala itu  ia juga sering mengikuti lomba matematika dari berbagai tingkat.  Mulai lomba lokal hingga lomba tingkat antarnegara.  Siswa asal SMPN 2 Purwokerto ini mengaku hobi mengerjakan soal matematika.

“Suka matematika itu awalnya sebagai hobi. Saya merasa puas bisa ngerjain soal dan ada tantangannya. Mengejar kepuasan batin,” jelasnya.

Ditambah lagi, orang tuanya juga mendukung anaknya berkecimpung di mata pelajaran matematika. Bahkan, orang tuanya ikut mensuplai soal dan sang anak ikut bimbingan guru les.

Selain matematika, ia juga menyukai ilmu eksak lainnya.  Seperti, kimia dan fisika. Bahkan, ia pun memiliki sikap terkait dengan ilmu-ilmu yang digeluti tersebut.  “Rumus itu dimengerti, tidak boleh dihafal,” kata dia.

Dengan kesukaan terhadap matematika, itu mendorongnya mampu membawa pulang medali Gold Prize. Selain itu berbagai lomba yang diikuti sebelumnya membantu ia mengatasi soal-soal yang sulit.

“Matematika itu seperti mata pelajaran Bahasa Indonesia. Banyak mata pelajaran yang menggunakan bahasa Indonesia. Begitu juga matematika menjadi pengantar untuk mata pelajaran yang lain,” jelas putera pasangan Dinar dan Dewi Sekarsari ini.

Sementara itu, Kepala Humas SMA TN Magelang Cecep Iskandar mengaku bangga dengan apa yang diraih siswanya. Setelah mendapatkan prestasi ini, terkonfirmasi  bahwa sikap disiplin yang diajarkan sekolah berfungsi untuk membangun kepribadian pada diri siswa.

“Dengan demikian, terbentuk jiwa pantang menyerah. Siswa   bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas yang diberikan,” katanya.

SMA TN tidak hanya mendidik siswa dari sisi akademik semata. Tetapi juga mengembangkan potensi yang dimiliki siswa. Sekolah mempersilahkan potensi siswa dikembangkan, kemudian sekolah nanti bisa membantu. 

(rj/ong/ong/JPR) ADI DAYA PERDANA, Mungkid – http://www.jawapos.com/

Scroll to Top