TRIBUNJABAR.id, BANDUNG – Memiliki jumlah penduduk hingga 3,7 juta jiwa, membuat Kabupaten Bandung menjadi wilayah dengan jumlah penduduk terbanyak di Jawa Barat setelah Kabupaten Bogor.
Dengan jumlah penduduk sebanyak itu, menjaga kamtibmas tentu bukan persoalan mudah. Kejahatan semakin kompleks.
Ini pula yang dirasakani Kombes (Pol) Kusworo Wibowo SH, SIK, MH, yang baru enam bulanan menjabat sebagai Kapolresta Bandung.
Apa yang dilakukan Kombes Kusworo untuk mengatasi hal itu?
Bagaimana pula ceritanya sehingga ia sering kali di-tag oleh para influencer di Kota Bandung?
Berikut petikan wawancara khusus Manajer Produksi Tribun Jabar, Arief Permadi dengan Kombes (Pol) Kusworo Wibowo di Mapolresta Bandung, belum lama ini.
Enam bulan bertugas di Kabupaten Bandung. Apa hal paling urgent dan harus segera diselesaikan saat pertama kali datang?
Saya mulai bertugas di Kabupaten Bandung, awal Januari lalu, saya dihadapkan dengan posisi angka Covid-19 sedang tinggi, sementara di sisi lain, capaian vaksinasi di kabupaten ini bisa dibilang paling rendah dibanding wilayah lainnya.
Itu merupakan tantangan tersendiri bagi saya, untuk memenuhi ekspektasi pemerintah yakni memperoleh capaian vaksinasi yang tinggi, baik tahap 1, 2, maupun tahap 3.
Ekspektasi itu akhirnya bisa kami bisa lampaui dengan memaksimalkan kerja anggota.
Tidak hanya yang terlibat di dalam surat perintah saja yang menangaani percepatan vaksinasi, tapi juga anggota lainnya yang tak masuk dalam sprint.
Bagaimana caranya?
Kami ada program Si Bageur, akronim dari Sambang Gerai. Kami melihat, selama ini banyak warga tak menjalani vaksinasi karena lokasinya jauh dari dari pusat-pusat vaksinasi, malas mengantre, dan takut.
Nah, melalui program sambang gerai, gerai vaksinasinyalah yang mendekat ke permukiman warga.
Untuk memaksimalkan capaiannya, kami juga mengerahkan Bhabinkamtibmas untuk menyambangi rumah-rumah warga, menyosialisasikan bahwa di daerah mereka nanti akan ada gerai vaksinasi.
Dengan cara itu, alhamdulillah, kami bisa mempercepat vaksinasi di Kabupaten Bandung, hingga kini menjadi lima teratas se-Jabar dalam capaian vaksinasi Covid-19.
Selain soal vaksinasi tadi. Apa lagi yang paling menyedot perhatian Anda sejak bertugas di Kabupaten Bandung?
Jika konteksnya kasus, alhamdulillah, semua kasus menjadi perhatian. Sesuai dengan tugas yang utama adalah saya, yakni menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, segala faktor yang bisa mengganggu hal itu sebisa mungkin harus saya redam.
Semua informasi dari intel bhabinkamtibmas kami kelola.
Sebab, api kecil akan lebih mudah dipadamkan dari pada jika api sudah besar, yang membutuhkan lebih banyak waktu dan tenaga untuk bisa memadamkannya.
Kecepatan informasi dalam hal ini menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap kecepatan penanganan.
Apa yang Anda lakukan untuk mendapatkan beragam informasi itu secara lebih cepat?
Dalam rangka menyerap informasi yang secepat-cepatnya ini pula, saya bahkan tak segan untuk memberikan nomor pribadi saya, bahkan membuka ruang komunikasi yang sebesar-besarnya dengan masyarakat termasuk di media sosial, seperti instalgram, facebook, dan lain-lain.
Influencer-influencer di Kabupaten Bandung bahkan biasa men-tag saya jika mereka memiliki informasi-informasi tertentu. Informasi yang cepat penting bagi kami sehingga kami juga bisa cepat turun ke lapangan.
Selama bertugas di Kabupaten Bandung, apa persoalan khas yang Anda lihat di kabupaten ini?
Persoalan pelecehan seksual, ya. Angkanya cukup tinggi. Ada yang dilakukan oleh keluarga sendiri, guru, pelecehan seksual sesama jenis. Kami memberikan perhatian khusus.
Apa langkah-langkah yang dilakukan untuk meminimalisasi hal itu?
Kami selalu menginformasikan sejauh mana kami lakukan penanganan terkait kasus-kasus tersebut.
Bukan hanya kepada pelapor, tapi juga kepada publik, tapi identitas korban tentu kami samarkan. Tujuannya adalah menjadi pengalaman kepada orang lain supaya tidak terjadi hal serupa.
Apa lagi yang dilakukan?
Kami juga sampaikan perlunya pemahaman kepada orang tua, sehingga orang tua juga dapat memberikan pemahaman yang nyaman kepada anak agar berani terbuka menceritakan hal yangmereka alami kepada orang tuanya.
Pernah ada kejadian, orang tua marah saat mengetahui anaknya tiba-tiba tak mau lagi belajar. Saat anaknya menangis dan menyampaikan bahwa gurunya telah melakukan hal tidak senonoh kepadanya, barulah orang tua tersebut memahami. Jadi, menurut saya, keterbukaan itu sangat penting.
Bagaimana Konkretnya?
Orang tua harus memberikan pemahaman pada anak-anak mereka, daerah tubuh mana saja yang tak boleh disentuh kecuali oleh dirinya atau ibunya.
Sehingga saat ada seseorang, siapapun itu, apakah tenaga pendidik atau orang dekat yang coba-coba menyentuh, anak-anak akan memiliki kesadaran untuk membela diri dan mencari perlindungan, sekaligus menyampaikannya kepada orang tuanya apa yang akan terjadi kepada yang mereka, sehingga orang tua bisa langsung proteksi. Jadi langsung akarnya.(*)
https://jabar.tribunnews.com/2022/07/01/wawancara-khusus-kapolresta-bandung-kombes-pol-kusworo-wibowo-sering-di-tag-para-influencer?page=all.