VIVA – Panglima Komando Daerah Militer Jayakarta, Mayor Jenderal TNI, Dudung Abdurachman mengungkapkan secara gamblang kronologi dari kegaduhan yang terjadi di area Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta Selatan, pada Rabu 30 September 2020.
Dalam keterangan resmi yang disampaikan di Markas Kodam Jaya, Cawang, Jakarta Timur, kemarin, dilansir VIVA Militer, Jumat 2 Oktober 2020, Mayjen TNI Dudung menceritakan secara detail detik demi detik terjadinya kegaduhan antara aparat dengan rombongan purnawirawan TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo.
Menurut Mayjen Dudung, saat itu TMP Kalibata dipenuhi massa dari rombongan Jenderal Gatot. Di saat bersamaan di lokasi ada Komandan Komado Distrik Militer 0504/Jakarta Selatan, Kolonel TNI Ucu Yustiana.
Kolonel TNI Ucu berada di lokasi untuk menjalankan tugas negara sebagai Satuan Tugas Penegakan Disiplin Mematuhi Protokol Kesehatan (PDMPK), Operasi Yustisi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) COVID-19. Dan memang Kolonel Ucu merupakan Komandan Satuan Tugas Pengawas PDMPK PSBB DKI Jakarta di bawah komando Kodam Jaya.
Sebagai Dansatgas, meski cuma berpangkat Kolonel. Dandim 0504/JS itu tetap menyampaikan imbauan kepada rombongan para purnawirawan untuk menaati aturan yang berlaku sesuai protokol kesehatan penanganan COVID-19. Dan kebetulan rombongan Jenderal Gatot membuat sebuah kerumunan.
Tak cuma kepada rombongan Jenderal Gatot saja imbauan dan aturan berlaku, tapi kepada semua orang yang datang untuk melakukan tabur bunga dan ziarah kubur di TMP Kalibata.
Salah satu aturan ialah tentang pembatasan jumlah orang dalam setiap kelompok yang hendak memasuki area TMP Kalibata. Tapi apa yang dialami Kolonel Ucu, dia malah dituduh telah menghalangi Jenderal Gatot dan rombongan.
Padahal, menurut Mayjen Dudung, Kolonel Ucu menyampaikan imbauan itu dengan sopan santun. Sebab, dia tahu, massa yang berkerumun itu adalah senior-seniornya sendiri di tubuh TNI.
“Pihak aparat telah sangat menghormati para purnawirawan walaupun tanpa surat izin, maka pelaksanaan ziarah diperbolehkan dengan memperhatikan protokol kesehatan, dengan cara bergantian dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil, masing-masing sebanyak 30 orang,” kata Mayjen Dudung.
Bahkan, Kolonel Ucu membungkukkan tubuhnya ketika berbicara dengan Jenderal Gatot, meskipun beberapa kali Jenderal Gatot berbicara sembari mengacung-acungkan jari telunjuknya ke tubuh sang kolonel.
Situasi semakin runyam saat sebagian purnawirawan yang tergabung dalam organisasi masyarakat KAMI itu, tak berziarah malah berkerumun dan menggelar deklarasi kelompok yang diberi nama Purnawirawan TNI Pengawal Kedaulatan Negara (PPKN) di tugu pahlawan.
Saat itu, pihak kepolisian yang juga tergabung dalam Satgas PDMPK PSBB DKI Jakarta, menyampaikan imbauan untuk agar tak melakukan kegiatan yang memicu kerumunan. Tapi imbauan melalui pengeras suara itu tak dihiraukan. Para purnawirawan tetap menyampaikan rasa keprihatinan terhadap kebijakan pemerintah.
Akhirnya Kolonel TNI Ucu kembali harus turun tangan. Sayangnya, meski telah dicegah, para purnawirawan tetap memaksa melakukan deklarasi.
“Dandim, selaku Dansatgas PDMKP langsung bertindak untuk mengingatkan, untuk membubarkan. Karena tidak sesuai tujuan semula dan tidak menegakkan protokol kesehatan. Dengan diawali permohonan maaf kepada para purnawirawan agar tidak melakukan deklarasi yang menimbulkan kerumunan massa,” kata Mayjen Dudung.
Dan, ternyata menurut Mayjen Dudung, apa yang dilakukan para purnawirawan itu tidak sama sekali mewakili organisasi besar purnawirawan TNI. Yakni, Persatuan Purnawirawan Warakawuri TNI (PEPABRI) dan Persatuan Purnawirawan Angkatan Darat (PPAD).
“Apakah kejadian kemarin di TMP Kalibata mewakili para purnawirawan?. Setelah dicek ke PEPBARI, ternyata aksi kelompok itu tidak konfirmasi ke PEPABRI,” kata Mayjen Dudung.
Mayjen Jenderal TNI Dudung Abdurachman mengatakan, apa yang terjadi di TMP Kalibata itu harus diwaspadai agar jangan sampai memperkeruh suasana.
“Jangan diperkeruh dengan isu-isu yang membenturkan para purnawirawan dengan aparat, padahal yang dilakukan di TMP Kalibata bukan untuk kepentingan organisasi besar PEPABRI atau PPAD,” kata Mayjen Dudung.
Mayjen Dudung mengingatkan kepada para purnawirawan agar jangan sampai dimanfaatkan pihak tertentu untuk kepentingan sekelompok kecil saja. “Rekan-rekan senior agar tetap waspada, bahwa perjuangan para purnawirawan sudah banyak berjasa di republik ini,” kata Mayjen Dudung.
https://www.viva.co.id/militer/militer-indonesia/1307916-cara-santun-penuh-hormat-kolonel-tni-ucu-hadapi-jenderal-gatot